Ads 468x60px

Minggu, 08 Maret 2009

Implikasi Prinsi-prinsip Pendidikan Moral Remaja terhadap Pembimbingan Peserta Didik di Sekolah

I. Prinsip-prinsip Pendidikan Moral Remaja

  1. Kesadaran moral remaja terbentuk dalam pengalaman sosial normal mereka.
  2. Kesadaran remaja terhadap berbagai pengamatan dan peristiwa.
  3. Inetraksi dengan orang tua, guru dan orang dewasa lainnya mengenalkan remaja kepada standar dan peraturan sosial yang penting.
  4. Hubungan dengan teman sebaya mengenalkan remaja kepada norma timbal balik langsung kepada standar yang berlaku dalam tingkah laku berbagi, kerjasama, dan keadilan.
  5. Keanekaragaman yang luas dalam pengalaman sosial dapat memunculkan perbedaan yang mendasar dalam penalaran moral diantara remaja.
  6. Perkembangan moral di sekolah ditentukan oleh proses kognitif dan sosial yang sama dengan perkembangan moral di lingkungan lainnya. Remaja memperoleh nilai-nilai moral dengan berpartisipasi aktif dalam hubungan antara orang dewasa dan remaja dan hubungan dengan teman sebaya akan mendukung, meningkatkan, dan membimbing kecenderungan moral alamiah mereka.

II. Implikasinya

Pembimbingan moral peserta didik di sekolah sebaiknya diarahkan sebagai berikut:

  1. Memberikan pendidikan moral secara norma umum dan agama yang lebih intensif lagi kepada siswa.
  2. Membiasakan budaya dialog dengan membahas fenomena moral yang relevan dengan daya nalar remaja di sekolah. Diharapkan dengan cara ini, timbul kesadaran dan kepedulian dari dalam diri siswa, sehingga pendidikan moral di sekolah dapat lebih bermakna bagi siswa, bukan hanya teori belaka.
  3. Membiasakan kegiatan berpikir kritis terhadap kasus-kasus dalam kehidupan di lingkungan siswa. Diharapkan nantinya siswa dapat memilih dan mencari solusi atau mengambil keputusan-keputusan dalam hidupnya kelak berdasarkan norma moral yang baik menurut masyarakat dan agama.
  4. Menanamkan pemahaman bahwa tindakan yang salah mempunyai sanksi hukum dan moral. Meskipun tidak ada yang melihat, tapi Allah SWT Maha Melihat segala sesuatu yang dikerjakan bahkan dipikirkan oleh manusia.
  5. Membiasakan pergaulan yang baik di sekolah, misalkan membiasakan diri (guru maupun siswa) untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan tercela seperti mencuri, menipu, menghalalkan harta orang lain (korupsi), memakan harta anak yatim, menyakiti hati orang lain.
  6. Menggalakan perbuatan-perbuatan terpuji dan bermanfaat bagi orang lain di sekolah.
  7. Guru-guru memberikan suri tauladan yang baik dalam menerapkan prilaku yang baik di sekolah.
  8. Membuat tata tertib di sekolah khusunya yang berkenaan dengan hubungan sesama warga sekolah, misalnya guru dengan guru, guru dengan murid, dan murid dengan murid.
  9. Membina hubungan menurut tata tertib yang ada di sekolah, misalnya berbicara sopan santun, minta izin saat meninggalkan kelas, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA:

Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Monks, F.J. (2006). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sarlito WS. (2002). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Total Tayangan Halaman