Oleh: Dra. Oris Sarinah
Perbuatan jahat pada jaman sekarang sangat mudah ditemukan, mulai dari lingkungan rumah, lingkungan sekolah apalagi di tempat-tempat umum. Bukan tidak mungkin kalau berbuat jahat merupakan hoby sebagian orang, entah karena secara tidak sengaja maupun sengaja dibentuk oleh lingkungan keluarga, lingkungan tempat bermain atau lingkungan masyarakat. Lalu siapa yang harus bertanggung jawab dengan keadaan ini?
Yang sangat memprihatinkan, perbuatan jahat tidak hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar punya predikat “Penjahat”, tetapi mulai dari warga biasa, usahawan, ilmuwan sampai negarawan banyak yang tergiur melakukan kejahatan, gejala apakah ini?
Ketika warga biasa melakukan kejahatan, dampaknya mungkin tidak luar biasa, tetapi apabila kejahatan dilakukan oleh usahawan, ilmuwan atau negarawan maka dampaknya akan terasa luar biasa dan dirasakan bukan hanya oleh sebagian orang tetapi bisa jadi oleh banyak orang atau malah semua orang.
Kalau sudah sampai seperti ini apa yang harus dibenahi, perangkat hukum atau mental manusianya?
Sebagai warga biasa tentu tidak bisa membenahi perangkat hukum, tidak akan bisa membuat atau merubah undang-undang, tetapi sebagai warga masyarakat, kiat punya kesempatan untuk memperbaiki mental yang mulai lembek seperti tahu. Sebagai orang yang beriman kita harus yakin perbuatan jahat akan dibalas oleh kejahatan yang setimpal seperti dalam firman Allah SWT:
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas tanggungan Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zhalim.” (QS. Asy-Syuura: 40)
“Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan mendapat balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari azab Allah. Seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka mereka kekal di dalamnya.” (QS. Yunus: 27)
Astaghfirullahaladzhim, seringkali kita tidak sadar telah melakukan kejahatan. Seringkali lupa kalau kita telah mendzhalimi orang-orang di sekitar kita. Dan ketika balasan kejahatan dari apa yang telah kita lakukan kembali kepada diri kita, seringkali kita menyalahkan Allah, menyalahkan nasib, dan menyalahkan orang-orang di sekitar kita. Kita jarang menyadari kalau kemalangan yang kita dapatkan adalah upah dari perbuatan jahat kita.
Masih punya nyalikah kita berbuat jahat? Setelah tahu azab apa yang akan Allah berikan terhadap perbuatan kita? Masih pelitkah kita berbuat baik terhadap orang-orang di sekeliling kita? Atau masih gengsikah kita untuk meminta maaf kepada orang lain ketika kita sadar telah berbuat dzhalim kepada orang lain? Padahal kita tahu Allah tidak menyukai orang-ornag yang berbuat dzhalim?
Ya Allah ya Tuhan kami
Jangan Engkau sesatkan hati kami
Sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan
Berilah kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya
Engkaulah pemberi karunia